Sleeper Effect
Tajuk 10 November 2016
By: Wahyu
9 Nov 2016 19:00
 
 
Kita sungguh patut mengapresiasi para punggawa kota ini, juga para punggawa negeri ini, yang senantiasa berupaya menanamkan nilai kepahlawanan kepada anak-anak bangsa. Semangat heroisme, yang dulu menjadi modal dasar para pejuang mewujudkan dan mempertahankan kemerdekaan, memang harus selalu disosialisasikan dari generasi ke generasi. Proses internalisasi nilai-nilai kepahlawanan pada anak bangsa mencapainya puncaknya pada peringatan Hari Pahlawan.
 
Hari Pahlawan yang kita peringati hari ini, 10 November, dan hari-hari besar yang secara spesifik mengenang jasa pahlawan, akan tertanam dalam memori anak bangsa. Keajaiban mekanisme otak manusia akan menyimpan memori itu, mempengaruhi cara pandangnya, dan kemudian terefleksi dalam sikap dan cara hidupnya. 
 
Berbagai kegiatan menyambut Hari Pahlawan, yang melibatkan anak-anak dan remaja di kota Surabaya, karena itu sungguh sangat besar maknanya. Sebutlah beberapa seperti kegiatan Parade Juang,  Surabaya Heroic Track (SHT), dan berbagai acara teatrikal di sekolah, kampus, bahkan kampung-kampung, sungguh mengharukan. Sangat membanggakan.
 
Namun demikian, punggawa kota ini, juga punggawa negeri ini, tak boleh abai juga terhadap penyebaran rumors dan nilai-nilai negatif yang bersifat viral di media sosial. Pesan-pesan negatif seperti content ujaran kebencian, ajakan menjadi ekstremis radikal hingga muatan pornografi, haruslah dibendung dengan berbagai cara dan kewenangan yang dimiliki pemerintah.
 
Kita karena itu mengapresiasi tindakan tegas pemerintah memblokir situs-situs yang menyebarkan pesan-pesan ajakan menjadi ekstremis radikal, ujaran kebencian, bahkan situs-situs porno. Membiarkan situs-situs semacam itu hidup dan bisa diakses secara luas hanya akan merusak segala upaya positif yang dilakukan pemerintah, juga keluarga, dalam menanamkan nilai-nilia positif seperti semangat heroism, budi pekerti luhur, dan akhlak yang baik.
 
Mengapa begitu? Berdasarkan penelitian psikologi, pesan-pesan yang disampaikan lewat media dan jejaring sosial itu ternyata mengendap. Walau sumber pesan itu sangat tidak kredibel, sebagaimana situs-situs ekstrem radikal umumnya, dan si pengakses mengetahui ketidakkredibelan situs tersebut, ternyata pesan yang disampaikan itu tersimpan di memori. Seiring waktu, di dalam otak manusia terjadi proses pemisahan antara sumber pesan dengan isi pesan. 
 
Sumber pesan yang tidak kredibel itu kemudian dilupakan, sedang yang tertinggal sebagai ingatan adalah isi pesan. Ini yang disebut sebagai “sleeper effect”. Jika isi pesan yang tertinggal itu berisi ujaran kebencian, ajakan menjadi ekstremis radikal, atau pornografi bersikap sadistis, maka suatu saat pesan itu bisa menjadi manifest dalam tindak perilaku orang. Terutama ketika kesempatan untuk itu terbuka.
 
Mengisi pesan-pesan heroisme ke dalam benak anak-anak dan remaja kita karena itu menjadi tugas bersama yang tak boleh berhenti. Artinya, jangan hanya terpaku pada peringatan Hari Pahlawan setahun sekali. Pesan-pesan positif itu harus disosialisasikan secara terus menerus setiap hari sepanjang tahun, di rumah, di sekolah, dan di lingkungan sosial yang lebih luas. Noor Ipansyah Iskandar  

Create Account



Log In Your Account