KONI Jatim Lepas Dancesport IODI Jatim ke Kejurnas Medan
Waketum KONI Jatim, M Nabil bersama kontingen dansa. (BM/HARUN EFFENDY)
By: harun
7 Sept 2018 01:08
 
 
SURABAYA (BM) – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Timur melepas kontingan Ikatan Olahraga Dansa Indonesia (IODI) Jatim mengikuti kejuaraan nasional (Kejurnas) ke-12 tahun 2018 kota Medan, Sumatera Utara di kantor KONI Jatim, Raya Kertajaya, Kamis (6/9) siang.
 
Sebanyak 42 personil terdiri dari atlet, pelatih dan ofisial dijadwalkan akan mengikuti serangkaian pertandingan cabang olahraga (cabor) yang lazim disebut dancesport ini mulai tanggal 9 September. Dimana, kontingen Jatim akan berangkat tanggal 7 dan sebagian menyusul 8 September.
 
Menurut Wakil Ketua Umum KONI Jatim, M Nabil, pihaknya mempunyai harapan besar pada cabor Dancesport, karena pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat 2016 lalu berhasil menyumbang empat medali emas bagi kontingen Jawa Timur.
 
“Proses rekruitmen (atlet) sudah benar melalui Selekda, kemudian  atlet-atlet yang dipasang juga punya hitung-hitungan dari 17 nomor yang dipertandingkan. Mereka (dancesport) memiliki target, maka usai Kejurnas nanti akan dimintai laporan hasil, apakah sesuai target, baru diadakan evaluasi. Tetapi, untuk saat ini IODI (dancesport) menjadi cabor andalan kita (KONI Jatim),” terang M Nabil usai pelepasan.
 
Sementara itu, pelatih dancesport IODI Jatim, Lanny Budianto, ST menuturkan, kalau pada Kejurnas nantinya tidak ada target khusus. Namun timnya, setidaknya mampu mempertahankan capaian pada saat PON Jabar 2016 lalu.
 
“Peta dancesport pasca PON Jabar masih buta, sehingga hasil Kejurnas akan dijadikan tolok ukur kekuatan kita (Jatim) saat ini. Sebab, saat ini banyak perubahan pasangan dansa saat ini dialami kontingen Jawa Timur dan luar daerah,” terang wanita kelahiran Malang ini.
 
Personil dancesport Jatim sendiri diperkuat oleh atlet-atlet asal Surabaya, Malang, dan Sidoarjo. “Yang baru saja menyusul dari Lumajang. Untuk Bangkalan sempat ikut Selekda tapi Kejurnas tidak ikut,”  lanjut mantan atlet nasional yang telah memperkuat tim Sea Games selama 33 tahun, karena sulitnya proses regenerasi di cabor yang kurang popular ini.
 
Di bagian lain, peraih tiga medali emas kelas campuran PON Jabar 2016, Tania Christabella Tungka mengungkapkan perjalanan karir dansanya, kalau tidak ada paksaan dirinya memilih dansa. “Awalnya dari tari balet, lalu saya melihat mama dansa seperti terlihat seru, lalu saya belajar dansa hingga saat ini sudah banyak hal positif yang saya dapat. Puji Tuhan, di dansa bukan sekedar hobi,” syukurnya.
 
Gadis cantik yang mengaku putri dari coach Lanny ini menceritakan pengalaman luar biasa sesaat sebelum berjuang di pentas PON Jabar 2016, kalau dikirim ke Inggris bersama pasangan dan ibunya, Lanny Budianto untuk berlatih di Inggris selama sebulan bersama atlet-atlet dan pelatih-pelatih kelas dunia sekaligus mengikuti banyak pertandingan.
 
“Puji Tuhan, semua biaya ditanggung KONI Jatim, oleh sebab itu kami hanya diminta berlatih sungguh-sungguh, mengikuti proses di Inggris, berlatih tiap hari, pagi dan malam,” ujar wanita yang saat ini menempuh kuliah di Singapura ini.
 
Seperti kebanyakan atlet, Tania juga memiliki kendala selama berlatih seperti, harus berkali-kali adaptasi dengan pasangan berbeda yang bisa ganti hingga lima kali. Kemudian juga titik jenuh juga acapkali menghampiri dirinya. “Jalan keluarnya harus tetap all out, karena risiko dansa pilihan saya,” jelasnya.
 
Dancesport sendiri merupakan olahraga kombinasi dari dansa-dansa populer di dunia, seperti dansa asal Brasil, Inggris dan Spanyol. “Negara kuat di dunia untuk dancesport Amerika (Serikat), itupun atletnya berdarah Italia. Kalau di Asia ada Cina, Jepang dan Korea (Selatan). Sedangkan Indonesia sendiri masih tahapan upgrade, karena ketinggalan jauh,” timpal ibu Tania, Lanny Budianto. (har)  

Create Account



Log In Your Account